Rabu, 25 Februari 2009

MENGKAJI PERPUSTAKAAN "Ii Pustaka" INSURI PONOROGO


Ii Pustaka
Insuri Informatics Library

PERPUSTAKAANINSURI
MENUJU e-BOOK,INTERNATIONAL LIBRARY

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perpustakaan pada dewasa ini telah berkembang sedemikian pesatnya. Perkembangan perpustakaan dalam beberapa dasawarsa ini telah banyak dipengaruhi oleh perkembangan TI (Teknologi Informatika). Perpustakaan sebagai salah satu “aktor” yang berperan dalam pengumpulan, pengolahan dan pendistribusian informasi mau tidak mau harus berhadapan dengan apa yang dinamakan TI ini. Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa tanpa adanya sentuhan TI, perpustakaan dianggap sebagai sebuah instutisi yang ketinggalan jaman, kuno dan tidak berkembang.
Perpustakaan sebagai suatu organisasi yang memberikan media layanan kepada masyarakat memerlukan kesiapan petugas untuk mengemban tugas tersebut. Baik dan buruknya citra perpustakaan sangat ditentukan oleh baik dan buruknya jasa media layanan yang diberikan oleh perpustakaan yang bersangkutan. Seperti organisasi lainnya, perpustakaan dan organisasi informasi lainnya mempekerjakan banyak tipe orang yang berbeda watak, kebiasaan dan budayanya yang kemudian membentuk suatu kelompok.
Kepentingan ini yang mendorong perpustakaan untuk melakukan modernisasi pemedia layanan dan menerapkan TI dalam aktifitas kesehariannya. Tuntutan kepentingan-kepentingan yang sedemikian besar ini seakan menjadikan “cambuk” bagi perpustakaan untuk berbenah dan selalu berpikir untuk dapat memberikan yang terbaik melalui fasilitas TI ini.
B. Rumusan Permasalahan
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka ditentukan rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Bagaimanakah peranan perpustakaan media pelayanan masyarakat?
2. Apakah kendala-kendala kuang optimalnya peran perpustakaan sebagai media?
3. Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan peran perpustakaan
C. Tujuan
Tujuan penulisan tugas ini untuk mengetahui :
1. Peranan perpustakaan sebagai media pelayanan masyarakat.
2. Kendala-kendala kurang optimalnya peran perpustakaan sebagai media
3. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan peran perpustakaan

BAB II
PERANAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI MEDIA

Dari berbagai sumber dan keterangan yang telah diuraikan di atas maka peranan perpustakaan dapat diuraikan secara terinci hubungannya dengan berbagai media, diantaranya adalah :
A. Peranan Perpustakaan sebagai Media
1. Perpustakaan Sebagai Media Pembelajaran
Berdasarkan pengamatan, sebenarnya kepentingan ini secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua yakni kepentingan institusi dan kepentingan pengguna perpustakaan. Dalam kasus perpustakaan di lingkungan perguruan tinggi, institusi yang dimaksud adalah perpustakaan itu sendiri dan universitas sebagai lembaga yang menaungi perpustakaan. Sedangkan pengguna perpustakaan yang dimaksud adalah sivitas akademika di lingkungan perguruan tinggi yakni mahasiswa, dosen, peneliti dan karyawan.
Perkembangan perpustakaan banyak dipengaruhi oleh visi dan misi yang di lembaga induknya. Sehingga apapun yang akan diterapkan dan dikembangkan oleh perpustakaan harus disesuaikan dengan tujuan organisasi atau institusi itu sendiri. Hanya terkadang apa yang menjadi kepentingan institusi sepertinya “belum berpihak” banyak kepada kepentingan pengguna. Belum lagi masalah prioritas, perpustakaan masih merupakan prioritas kesekian bagi lembaga induknya dalam hal pendanaan dan pengembangan.
Perkembangan perpustakaan dilihat dari kepentingan pengguna dirasakan belum menggembirakan. Masih banyak “tuntutan” pengguna yang belum dapat dipenuhi oleh perpustakaan, termasuk tersedianya akses media layanan berbasis TI ini. Untuk itu perlu kiranya dipikirkan sebuah sinergitas yang mengakomodasi kedua kepentingan tersebut sehingga terjadi keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut.
Teknologi, dalam hal ini TI bukan merupakan hal yang murah. Untuk itu apabila perpustakaan ingin mengimplementasikan TI dalam media layanan dan aktifitasnya perlu direncanakan secara matang. Hal ini untuk mengantisipasi agar tidak ada kesia-siaan dalam perencanaan dan pengembangan yang berakibat pula pada pemborosan waktu, tenaga, pikiran dan keuangan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam rangka penerapan TI pada perpustakaan, yakni:
a. Dukungan Top Manajemen / Lembaga Induk
b. Kesinambungan / Kontinuitas
c. Perawatan dan Pemeliharaan
d. Sumber Daya Manusia
e. Infrastruktur Lainnya seperti Listrik, Ruang/Gedung, Furniture, Interior Design, Jaringan Komputer, dsbnya.
f. Pengguna Perpustakaan seperti faktor kebutuhan, kenyamanan, pendidikan pengguna, kondisi pengguna, dll
Hal-hal tersebut diatas akan menentukan sejauh mana penerapan TI di perpustakaan khususnya di media layanan perpustakaan dapat berjalan dengan baik.
Penerapan TI dalam bidang media layanan perpustakaan ini dapat dilihat dari beberapa hal seperti:
1). Media layanan Sirkulasi
Penerapan TI dalam bidang media layanan sirkulasi dapat meliputi banyak hal diantaranya adalah media layanan peminjaman dan pengembalian, statistik pengguna, administrasi keanggotaan, dll. Selain itu dapat juga dilakukan silang layan antar perpustakaan yang lebih mudah dilakukan apabila teknologi informasi sudah menjadi bagian dari media layanan sirkulasi ini. Teknologi saat ini sudah memungkinkan adanya self-services dalam media layanan sirkulasi melalui fasilitas barcoding dan RFID (Radio Frequency Identification). Penerapan teknologi komunikasipun sudah mulai digunakan seperti penggunaan SMS, Faksimile dan Internet.
2). Media layanan Referensi & Hasil-hasil Penelitian
Penerapan TI dalam media layanan referensi dan hasil-hasil penelitian dapat dilihat dari tersedianya akses untuk menelusuri sumber-sumber referensi elektronik / digital dan bahan pustaka lainnya melalui kamus elektronik, direktori elektronik, peta elektronik, hasil penelitian dalam bentuk digital, dan lain-lain.
3).Media layanan Journal / Majalah / Berkala
3Pengguna media layanan journal, majalah, berkala akan sangat terbantu apabila perpustakaan mampu menyediakan kemudahan dalam akses ke dalam journal-journal elektronik, baik itu yang diakses dari database lokal, global maupun yang tersedia dalam format Compact Disk dan Disket. Bahkan silang layan dan media layanan penelusuran informasipun bisa dimanfaatkan oleh pengguna dengan bantuan teknologi informasi seperti internet.
4).Media layanan Multimedia / Audio-Visual

Media layanan multimedia / audio-visual yang dulu lebih dikenal sebagai media layanan “non book material” adalah media layanan yang secara langsung bersentuhan dengan TI. Pada media layanan ini pengguna dapat memanfaatkan teknologi informasi dalam bentuk Kaset Video, Kaset Audio, MicroFilm, MicroFische, Compact Disk, Laser Disk, DVD, Home Movie, Home Theatre, dll. Media layanan ini juga memungkinkan adanya media interaktif yang dapat dimanfaatkan pengguna untuk melakukan pembelajaran, dsbnya. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam media layanan perpustakaan adalah pengguna yang mempunyai keterbatasan, seperti penglihatan yang kurang, buta, pendengaran yang kurang dan ketidakmampuan lainnya. Media layanan Multimedia / Audio-Visual memungkinkan perpustakaan dapat memberikan pemedia layanan kepada para pengguna dengan kriteria ini. Sebagai contoh dari bentuk penerapan teknologi untuk itu adalah Audible E-books, Digital Audio Books, InfoEyes (Virtual Reference), Braille, dsbnya.

5).Media layanan Internet & Computer Station
Internet saat ini menjadi “bintang” dalam TI (Teknologi Informatika). Orang sudah tidak asing lagi untuk menggunakan internet dalam kehidupannya. Untuk itu mau tidak mau perpustakaanpun harus dapat memberikan media layanan melalui media ini. Melalui media web perpustakaan memberikan informasi dan media layanan kepada penggunanya. Selain itu perpustakaan juga dapat menyediakan akses internet baik menggunakan computer station maupun WIFI / Access Point yang dapat digunakan pengguna sebagai bagian dari media layanan yang diberikan oleh perpustakaan. Pustakawan dan perpustakaan juga bisa menggunakan fasiltas web-conferencing untuk memberikan media layanan secara online kepada pengguna perpustakaan. Web-Conferencing ini dapat juga dimanfaatkan oleh bagian media layanan informasi dan referensi. OPAC atau Online Catalog merupakan bagian penting dalam sebuah perpustakaan, untuk itu perpustakaan perlu menyediakan akses yang lebih luas baik itu melalui jaringan lokal, intranet maupun internet.

6).Keamanan
Teknologi informasi juga dapat digunakan sebagai alat untuk memberikan kenyamanan dan keamanan dalam perpustakaan. Melalui fasilitas semacam gate keeper, security gate, CCTV dan lain sebagainya, perpustakaan dapat meningkatkan
4
keamanan dalam perpustakaan dari tangan-tangan jahil yang tidak asing sering terjadi dimanapun.
7).Pengadaan
Bagian Pengadaan juga sangat terbantu dengan adanya teknologi informasi ini. Selain dapat menggunakan TI untuk melakukan penelusuran koleksi-koleksi perpustakaan yang dibutuhkan, bagian ini juga dapat memanfaatkannya untuk menampung berbagai ide dan usulan kebutuhan perpustakaan oleh pengguna. Kerjasama pengadaan juga lebih mudah dilakukan dengan adanya TI ini.

2. Perpustakaan Sebagai Media Pengembangan Budaya Baca Di Indonesia
Sekalipun perpustakaan telah melakukan upaya untuk menumbuhkembangkan budaya baca, namun hasilnya belum nampak di masyarakat. Penerapan teknologi informasi juga telah banyak di implementasikan dalam operasional perpustakaan baik pengembangan otomasi perpustakaan maupun pengembangan perpustakaan digital agar perpustakaan tidak ketinggalan dengan kemajuan teknologi informasi. Upaya pengembangan perpustakaan umum sekarang sudah mulai digalakkan. Peningkatan budaya baca memang bukan pekerjaan mudah, memerlukan perjuangan dan hasilnya hanya dapat dinikmati dalam jangka panjang. Karena begitu pentingnya peran perpustakaan dalam pengembangan budaya baca, maka jalan terbaik agar kita dapat berpartisipasi dalam pengembangan budaya baca adalah dengan cara mencintai perpustakaan.
Untuk mencintai perpustakaan kita harus mengenal terlebih dahulu apa itu perpustakaan dan apa pula fungsi perpustakaan ? Menurut Suwondo Atmodjahnawi:
Perpustakaan dapat didefinisikan sebagai tempat penyimpanan koleksi bahan pustaka, yang diolah dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu untuk digunakan oleh pemakainya sebagai sumber informasi.. Sedangkan fungsinya adalah : Sebagai media pendidikan dan pengajaran (Education) Sebagai media rekreasi (Recreation)Sebagai gudang ilmu pengetahuan dan sarana penelitian (Science and research) Sebagai sumber informasi (Information) Sebagai sarana dokumentasi (Documentation). (Atmodjahnawi, 1989)

Dengan mengenal lebih jauh tentang perpustakaan oleh semua pihak yang berkepentingan diharapkan mereka dapat lebih mencintai perpustakaan.
53. Perpustakaan Sebagai Media Pusat Produksi Literasi Daerah
7Menurut sejarah, tradisi penulisan, yang sekaligus mengindikasikan kesadaran membaca, pernah muncul di sekitar abad 19. Kita misalnya mengenal Parada Harahap, yang menerbitkan surat kabar Sinar Merdeka di Padang Sidempuan pada 1919. Selain dikenal sebagai wartawan yang kerap keluar masuk tahanan akibat tulisannya yang menyerang pemerintah kolonial Belanda, Parada Harahap juga produktif menulis buku. Diantaranya yang mashur adalah Journalistic in Indie yang terbit tahun 1924, dan Journalistic in America yang terbit tahun 1925. Parada juga menerbitkan buku Dari Pantai ke Pantai yang merupakan kumpulan laporan perjalanannya ke pusat-pusat perkebunan rakyat di Jambil, Palembang, Sumatera Barat, Rapanuli dan Sumatera Timur.
Wartawan yang juga penulis buku produktif lain misalnya Mohammad Said, salah seorang pendiri Waspada, sekaligus intelektual otodidak yang mempunyai sejumlah karya monumental: Aceh Sepanjang Abad (dua jilid), Koeli kontrak, Medan Area Mengisi Proklamasi, Sejarah Pers di Sumatera Utara Dengan Masyarakat Yang Dicermatinya (1885 – Maret – 1942), Soetan Koemala Boelan (Flora), Raja Pemimpin rakyat, wartawan, Penentang Kezaliman Belanda masa 1912-1932 dsb.
Namun produksi karya-karya intelektual tersebut seolah terputus begitu saja. Berbagai narasi budaya dan peradaban yang lahir dari warga masyarakat yang beragam, kini justru dieksploitasi dan dijadikan objek kajian para peneliti atau intelektual dari berbagai daerah. Akibatnya banyak narasi sejarah kontemporer yang terjadi di daerah-daerah, justru harus diakses di perpustakaan-perpustakaan universitas luar negri. Akibatnya tidak jarang sejumlah anak muda dari suku dan budaya tertentu harus mempelajari budaya mereka sendiri dari orang lain. Bahkan tragisnya dari sarjana asing yang notebene bukan berasal dari peradaban yang subjek yang ditulisnya.
Jika fungsi seleksi dan penerbitan karya-karya intelektual warga masyarakat daerah bisa difasilitasi Perpustakaan dan Arsip Daerah, maka penerjemahan fungsi arsip tidak lagi sekedar bersifat pasif, tapi aktif. Barangkali ini merupakan sumbangan terbesar yang bisa diperbuat oleh pengelola Perpustakaan dan Arsip daerah masing-masing
Fuad mengungkapkan, idealnya perpustakaan sekolah berisi buku pendamping. Buku juga harus lebih spesifik, yakni yang dibutuhkan anak untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar tetapi sulit diakses anak, baik karena harga mahal atau terbatas. Sekolah tidak perlu ragu pula untuk menarik minat anak datang ke perpustakaan dengan menyediakan buku fiksi, komik, dan cerita rakyat yang bermuatan nilai positif.

3. Perpustakaan Sekolah Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan

Perpustakaan adalah sumber informasi yang menyediakan segala keperluan bagi masyarakat pemakainya. Fungsi perpustakaan sekolah tidak hanya sebagai sumber kegiatan belajar mengajar, tapi juga pusat penelitian sederhana, dan rekreasi. Eksistensi sebuah perpustakaan di sekolah merupakan suatu hal yang wajib ada dalam sebuah lembaga atau lingkungan pendidikan. Perpustakaan merupakan gudangnya ilmu dan informasi bacaan, baik yang berkaitan dengan dunia pendidikan maupun pengetahuan umum sehingga keberadaan perpustakaan memegang peranan yang sangat penting
Rata-rata siswa melakukan kegiatan membaca pada saat belajar saja, di luar itu edikit sekali yang suka membaca buku lain. Ada juga yang tidak membaca sama sekali. Hal tersebut dapat disebabkan berbagai faktor, baik secara pribadi maupun secara umum. Secara pribadi, biasanya, berkaitan dengan kurangnya motivasi dalam diri siswa untuk menanamkan bahwa membaca itu suatu kegiatan yang perlu dan bermanfaat. Secara umum, faktor yang sangat berpengaruh besar adalah lingkungan sekitar siswa yang memang jauh dari kebiasaan atau budaya membaca. Ada seorang pakar yang mengatakan, kurangnya minat baca siswa tersebut disebabkan kesalahan metode atau cara membaca yang ia pelajari sejak kecil. Dengan adanya perpustakaan sekolah diharapkan dapat meningkatkan minat baca siswa. Sebab di dunia pendidikan, perpustakaan sekolah merupakan jantungnya informasi yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pendidikan. Perpustakaan merupakan sumber belajar yang sangat penting, dan bertugas sebagai media penyampai publikasi kekayaan intelektual dan sarana pendukung kegiatan pendidikan. Namun, semua itu hanya akan menjadi dilema, manakala perpustakaan sekolah tidak dikelola dengan baik. Terlebih lagi apabila suasana perpustakaan tersebut tidak menarik. Jangankan untuk membaca, sekadar singgah saja mungkin siswa sudah enggan sehingga eksistensi sebuah perpustakaan dianggap seperti ruang kosong dan fungsinya sebagai gudang ilmu menjadi terabaikan
Jadi, bagaimana solusinya agar perpustakaan sekolah lebih berkembang, dan dapat dimanfaatkan warga sekolah? Menurut Zulfikar Zein, M.A. (dosen Ilmu Perpustakaan UI), ada 3 pilar utama yang memperkokoh perpustakaan sekolah, yaitu:
a.
7Pemakai; perpustakaan akan tetap eksis dan berkembang jika pemakainya, dalam hal ini warga sekolah, aktif dan disiplin.
b. Pustakawan; memiliki sikap tulus hati, ramah, berpikiran positif, supel, pro aktif, dedikatif, dan profesional.
c. Koleksi; banyak, lengkap dan beragam.
Ketiga pilar itu akan makin kokoh jika kepala sekolah sebagai orang pertama di Sekolah beserta dewan sekolah dan semua pihak pemegang otoritas pendidikan bersama-sama, berpikir, berencana dan bertindak dalam meningkatkan kualitas perpustakaan sekolah. Peningkatan anggaran, pengembangan koleksi dan penyediaan tempat yang ideal mutlak dilakukan.
Selain itu, tentunya dukungan dari pemerintah pun sangat diperlukan. Apalagi
dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 Ayat 1 disebutkan, sarana dan prasarana pendidikan (dalam penjelasan dikemukakan bahwa salah satu sarana yaitu perpustakaan sekolah) harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Ditambah pada Pasal 45 berbunyi: tiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan emosional, dan kejiwaan peserta didik.

B. Beberapa Faktor Yang Menyebabkan Kurang Optimalnya Penggunaan Perpustakaan Sebagai Media

Dalam rangka untuk mengoptimalkan perpustakaan di sekolah di berbagailembaga mengalami berbagai faktor kendala diantaranya adalah :
1. Koleksi Buku Perpustakaan yang Kurang Menarik
8
11Salah satu upaya pengembangan minat dan kegemaran membaca adalah dengan adanya pengadaan buku. buku merupakan salah satu syarat mutlak yang diperlukan untuk pengembangan program ini, khususnya bagi anak-anak kecil yang tentunya belum begitu banyak mengenal teknologi informasi. Artinya, bahwa fungsi buku memberikan tempat tersendiri bagi perkembangan anak. hal inilah yang kemudian berimplikasi pada semakin maraknya industri perbukuan/penerbit di Indonesia secara khusus dan dunia perbukuan secara global. Namun Pada kenyataannya Koleksi perpustakaan sekolah, banyak buku yang tidak bisa dimanfaatkan, atau bahkan tidak bisa digunakan sama sekali. Untuk daerah-daerah terpencil buku-buku yang ada sudah sangat usang bahkan mungkin dengan melihat kondisi bukunya sudah tidak layak di baca. Hal lain yang menjadi masalah dari pemanfaatan buku perpustakaan adalah buku buku pelajaran yang dapat mendudkung prestasi akademik siswa. Buku-buku yang tersedia dari Depdiknas banyak yang tidsk sesuai dengan kurikulum . karena kita tahu penggantian kurikulum sangat sering terjadi tetapi untuk revisi Buku yang terbitan Depdiknas sangat lamban. Sehingga hal ini menyebabkan buku yang tersedia kurang optimal untuk digunakan. Akhirnya sebagian guru/ pengajar memilih buku-buku dari penerbit (swasta), sebagai acuan dalam proses KBM (kegiatan belajar mengajar). Hal ini bagi peserta didik yang orang tuanya mampu tentu tidak menjadi masalah, tapi bagaimana dengan mereka yang dari golongan tak mampu? Faktor lain yang juga dapat menjadi salah satu kendala kurangnnya minat siswa untuk datang ke perpustakaan adalah jenis koleksi buku. Tentunya semua orang juga tahu, bahwa buku yang paling menarik perhatian siswa untuk dibaca adalah buku jenis fiksi seperti novel dan komik. Dengan melihat fungsi perpustakaan sebagai tempat rekreasi atau refresing sangatlah cocok jika di perpustakaan disediakan buku-buku yang dapat membuat siswa bahagia dan senang. Jadi, Perpustakaan sekolah jangan merasa takut untuk memuat selain buku-buku pelajaran, juga hendaknya memuat buku-buku yang digemari siswa (remaja) masa kini. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Josette Frank dalam bukunya "Orangtua, Anak, dan Buku" lebih senang membaca dari suatu buku yang telah membuatnya bahagia. Buku-Detektif Conan”, buku seri dsb.
Pada awalnya, siswa mengunjungi perpustakaan untuk membaca buku yang dia senangi seperi novel dan komik, namun pada akhirnya kalau minat baca sudah tumbuh maka dia akan senang membaca buku jenis apapun. Yang perlu kita perhatikan sebagai pustakawan, bagaimana cara membatasi anak untuk tidak selalu membaca buku jenis novel dan komik. Dari salah satu sumber yang menulis artikel tentang perpustakaan di suatu sekolah di Bandung, untuk membatasi pembacaan seputar novel dan komik, maka setiap anak harus membayar layaknya di tempat penyewaan buku.

2. Kondisi Ruangan yang Kurang Memadai
9 Kondisi ruangan yang kurang memadai pun merupakan salah satu masalah yang menghambat kurangnya minat dalam menggunakan perpustakaan di kalangan siswa. Dengan melihat ruangan yang kecil, sumpek dan berdebu, siapapun orangnya pasti tidak akan mau untuk masuk ruangan tersebut. Ironisnya, banyak perpustakaan sekolah di Indonesia yang masih seperti itu, baik ukuran luasnya maupun fasilitasnya. Banyak perpustakaan sekolah yang luasnya sama dengan ruang belajar, tidak memiliki kursi dan meja baca yang layak. Bahkan ada yang disaturuangkan dengan organisasi lain. Seperti yang terjadi di salah satu daerah terpencil dimana ruangan yang tersedia hanya berukuran 3X4m dengan lampu penerangan apa adanya. Agak miris membayangkan mata yang akan rusak akibat membaca di keremangan. Di sudut kota kecil lain di Jawa, perpustakaan sekolah adalah sebuah ruang 3X4 m2 yang dibuka ketika ada yang ingin mengunjunginya.
Buku-bukunya pun sudah berdebu dan ada bekas sarang laba-laba disitu menandakan sangat jarangnya rak-rak itu dijamah. Dengan melihat kondisi seperti itu, maka jauh dari harapan bahwa perpustaakan dikatakan sebagai sumber ilmu pengetahuan. Untuk itu, perpustakaan sekolah perlu mendapatkan tempat yang terhormat dalam dunia pendidikan nasional. Tapi Mengapa sampai saat ini perpustakaan sekolak tak juga mendapatkan “tempat dihati” para siswa dan yang paling penting adalah pemerintah selaku pihak yang dapat memberikan peranan penting dalam pengadaan baik dalam pengadaan ruangan, fasilitas ataupun dalam pengadaan koleksi buku. Menurut Fuad Hasan (2001), (1) dari 200.000 Sekolah Dasar hanya sekitar 1 (satu) persen yang memiliki perpustakaan standar, (2) dari sekitar 70.000 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) baru 34 % yang memiliki perpustakaan standar, (3) dari sekitar 14.000 Sekolah Menengah Umum hanya sekitar 54 % yang memiliki perpustaakaan standar.
10 Jadi bagaimana mungkin memberikan pelayanan informasi yang maksimal dan ideal bagi remaja jika kondisi perpustakaan sekolah saja belum cukup memadai, terkadang juga perpustakaan kondisi tempatnya yang lebih mirip gudang penyimpanan buku karena yang tersedia umumnya buku – buku teks, buku paket atau buku pelajaran yang didrop dari pusat. Kadang sebuah perpustakaan memiliki ribuan buku dengan judul yang sangat minim dan tata ruang yang sangat kumuh dan seadanya. Selain permasalahan fasilitas perpustakaan yang begitu kompleks ada juga permasalahn yang begitu rumit dicari solusinya yakni masalah perkembangan teknologi telekomnikasi, informatika dan broadcasting . akibatnya kita lebih senang nonton daripada membaca. Makin rumitnya permasalahan tersebut berakibat makin sulitnya kalangan remaja untuk datang ke perpustakaan dan menikmati layanan informasi didalamnya. Padahal Sejarah membuktikan bahwa awal adanya sebuah kemajuan dan perubahan sosial dimulai dari adanya aktifitas keilmuan di perpustakaan, yang kemudian lahirlah ilmuwan – ilmuwan yang ahli di bidang tertentu dan pada akhirnya berdirilah institusi pendidikan dengan perpustakaan yang merupakan bagian darinya
103. Pustakawan yang kurang profesional
Faktor yang ketiga yang melatar belakangi rendahnya pengunjung Perpustakaan adalah kurangnya pelayanan yang dalam hal ini adalah salah satu tugas pustakawan. Banyak sekolah-sekolah yang menempatkan orang sebagai pustakawan yang kurang memiliki pengetahuan tentang pengelolaan perpustakaan. Hal tersebut dapat menyebabkan kurangnya pelayanan sehingga mengakibatkan siswa enggan untuk berkunjung ke perpustakaan. Banyak perpustakaan yang mempunyai banyak buku tetapi administrasinya kurang baik, misalnya saja buku tidak dklasifikasikan . Hal ini akan menyulitkan para pembaca untuk mencari sumber buku yang diinginkan.
Peran pustakawan sekolah berbeda dengan pustakawan umum. Pustakawan sekolah hendaknya memiliki wawasan kependidikan, yaitu dalam mengelola perpustakaan lebih diarahkan kepada fungsi kependidikan.
Pustakawan sekolah tidak hanya mengerjakan tugas "standar" seperti labeling, tetapi juga akuisisi, klasifikasi, membuat katalog/kartu indeks, dapat memahami keinginan pengunjung atau mengerti psikologi siswa.

C. Upaya-Upaya Yang Dapat Dilakukan Untuk Menanggulangi Kurang Optimalnya Penggunaan Perpustakaan

Upaya-upaya yang mungkin dapat dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan perpustakaan, hal yang sangat penting adalah adanya perhatian dari pemerintah. Karena pada umumnya sekolah-sekolah yang belum mempunyai perpustakaan sekolah yang memadai selalu saja terhambat dengan masalah dana. Untuk itu, seyogyanya pemerintah mengalokasikan dana khusus untuk sekolah-sekolah yang masih belum mempunyai perpustakaan atau perpustakaan yang ada belum layak.
11 Sedangakan pengadaan koleksi buku-buku selain dana yang dari pemerintah, pihak pengelola perustakaan harus sedikit kreatif untuk mengadakan buku-buku yang dapat menarik perhatian siswa. Seperti yang telah dilakukan di salah satu SMA di Bandung, pihak pengelola dan siswa dapat kerjasama, yaitu salah satunya siswa disuruh untuk menjual coklat yang kemudian keuntungannya dialokasikan untuk membeli buku-buku yang mereka inginkan. Kalau kita tinjau dari jenis buku-buku yang ada di perpustakaan, disarankan disamping koleksi non fiksi seperti ensiklopedi dan koleksi suplemen tambahan.
Selanjutnya, agar pustakawan lebih optimal dalam pelayanannya, maka hendaknya sering diadakan pelatihan tentang ilmu perpustakaan. Selain itu, agar perpustakaan lebih optimal lagi, yang melakukan pelatihan tidak saja pustakawan tetapai alangkah baiknya jika kepala sekolah, dan guru juga sekalai-sekali mengikuti pelatihan tersebut.



























12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Perpustakaan sebagai media memiliki peran sangat penting antara lain a) Media Pembelajaran meliputi Media layanan Sirkulasi, Referensi & Hasil-hasil Penelitian, Journal / Majalah / Berkala, Multimedia / Audio-Visual, layanan Internet & Computer Station, Keamanan, Pengadaan b). Media Pengembangan Budaya Baca Di Indonesia c). Media Pusat Produksi Literasi Daerah d). Sumber Ilmu Pengetahuan.
2. Kurang optimalnya penggunaan perpustakaan sekolah oleh siswa, rendahnya minat baca siswa, kurangya koleksi buku perpustakaan atau buku yang ada berkiasar tentang buku-buku pelajaran saja, selain itu, kondisi ruangan yang kurang nyaman dan petugas perpustakaan yang kurang profesional.
3. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan peran perpustakaan adalah adanya usaha pemerintah untuk lebih memperhatikan terhadap nilai pentngnya perpustakaan, melengkapi sarana dan prasarana perpustakaan yang memadai, penambahan alokasi anggaran khususnya perpustakaan sekolah, penambahan buku-buku bacaan penunjang pendidikan, peningkatan kualitas tenaga pustakawan, peningkatan layanan perpustakaan melalui teknologi informatika.
B. Saran- saran
Dari kesimpulan di atas selanjutnya disarankan :
1. Kepada para pengelola lembaga khususnya lembaga pendidikan diharapkan lebih memperhatikan unit perpustakaan di sekolah dan tidak sekedar berkesan sebagai pelengkap struktur saja.
2. Bagi sekolah yang telah mengelola perpustakaan disarankan untuk menggunakan teknologi informasi dan alikasi teknologi perpustakaan on-line untuk menjaring informasi global yang sekarang telah dapat dibuka di setiap situs internet.
3. Pemerintah Daerah dan pusat disarankan untuk lebih berorientasi dalam penyelenggaraan fungsi perpustakaan dalam meningkatkan layanan dan media pendidikan secara universal.


13
Rujukan :

Campbell, Jane E. 1997. Kepustakawanan dalam abad informasi; suatu konsep yang
usang? Makalah dalam Seminar Peranan Perpustakaan pada Abad ke-21 di Medan.

Creth, Sheila D. 1996. The electronic library: slouching toward the future or creating a new information environment. Follet Lecture Series.

http://www.ukoln.ac.uk/follet/creth/paper.html

Nur,
Hassan Kompas • Jakarta,– March 29, 2007

Nursalam, Toha : 2007 : Psikologi Perpustakaan.www.artikelperpustakaan

Perpustakaan Nasional RI, 1992:Panduan Koleksi Perpustakaan Khusus, Jakarta:.
PT. BPK Gunung Mulya

Rowley, Jennifer E. 1987. Organising knowledge; an introduction to information

Siregar, A. Ridwan.2008.Program Studi Perpustakaan dan Informasi Universitas Sumatera Utara
ridwan@library.usu.ac.id


1 komentar:

  1. sudah saatnya beralih ke website...
    kami menawarkan pembuatan website secara gratis..
    dengan domain international... hub 081556669766 atau di website saya di http://www.sibty.com

    BalasHapus